Nasi-Mie Goreng Puwokerto yang "Kesasar" di Bandarjaya

Nasi-Mie Goreng Purwokerto

Pulang kantor gerimis sekalian mampir cari makan malam. Malam gini enaknya makan Mie Goreng langganan ane, "Nasi-Mie Goreng Purwokerto", ya....udah bukan hal yang asing lagi di tanah rantau Bandarjaya, Lampung ini banyak "wong jowo"-nya. Maklum disini termasuk wilayah transmigrasi jaman pak dhe Soeharto -rahimahullah-. Kuliner pun ga jauh dari makanan khas Jawa atau yang hanya sekedar ada embel-embelnya kota di pulau Jawa. Salah satunya adalah nasi goreng Purwokerto ini (sayang Tuban kok ga ada...#_#). Lalu Iseng-iseng tanya, "mas,omset resik'e piro ngene iki sak ulan?". Dijawab,"yo ora mesti mas...". Tak tanya lagi, "Iso sampe piro biasane". Dijawab,"12-15 Juta". 

 Wow, gitu ya ternyata bisnis kuliner.....padahal ini termasuk kuliner pinggir jalan yang gak terlalu rame. "Gak onok rencana nggedein iki mas?",....eh ternyata kebetulan ini sedang renovasi agar lebih gede lagi ruang makannya. Lalu mas2 yang kayaknya sebagai bos/pemodal-nya tersebut membayangkan jika nanti kemudian akan punya cabang dimana-mana. "Wah apik kuwi mas.....tapi bisnis kuliner kuwi yen duwe cabang tantangane onok neng 'Standar Rasa'.....SOP kudu mlaku", kata ane menanggapinya.

Mie Goreng-nya

Bisnis kuliner malam hari dengan omset bersih segitu tentu membuat ane heran, paginya khusus buat bumbu dan pelengkap, malam (sekitar jam 5-10) dijual, dan omset bersih sebulan bisa 12-15 juta. ckckckck......lalu bagaimana ya dengan omset bisnis kuliner yang mulai buka dari pagi sampai malam?

Jadi penasaran ama bisnis kuliner nih,......memang dari dulu jadi impian bisa bisnis di kuliner....makanan gitu lho, siapa yang ga butuh makan, everybody needs to eat, isn't?......even, those needs becoming wants 

Bagaimana dengan Anda??

Share on Google Plus

About Maramis Setiawan

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.